Botulisme

Sekilas Tentang Botulisme

Menurut Wikipedia, Botulisme adalah penyakit yang menyebabkan kekakuan otot yang terkadang bersifat fatal. Media lain juga menyebutkan,penyakit ini umumnya disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi toksin botulinum.Botulisme adalah penyakit mematikan Bakteri ini dapat menghasilkan spora dan toksin yang membutuhkan lingkungan tanpa oksigen untuk bertahan hidup, seperti makanan kaleng. Toksin ini menyebabkan gangguan pada sistem saraf sehingga otot tidak dapat berkontraksi. Apabila toksin ini menyerang otot pernapasan, gagal pernapasan dan kematian dapat terjadi.
Melansir World Health Organization (WHO), 65% kasus botulisme terjadi pada bayi atau anak-anak di bawah usia 1 tahun.
Botulisme bayi biasanya hasil dari paparan tanah yang terkontaminasi, atau dengan makan makanan yang mengandung spora botulisme.
Madu dan sirup jagung adalah dua contoh makanan yang bisa terkontaminasi.
Spora ini dapat tumbuh di dalam saluran usus bayi, melepaskan toksin botulisme.
Botulisme merupakan kondisi yang cukup langka terjadi, tapi bisa menyerang setiap orang di segala umur.
Untungnya, botulisme bukan penyakit menular. Anda dapat membatasi kemungkinan terjangkit penyakit dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Silakan konsultasi dengan dokter anda untuk informasi lebih lanjut.

Gejala Botulisme

Ketika botulisme menyerang seseorang, maka pengidapnya akan mengalami beberapa gejala. Namun, gejalanya bisa berbeda pada tiap pengidapnya. Gejala ini bisa timbul beberapa jam atau hari setelah bakteri masuk ke dalam tubuh. Berikut beberapa gejala berdasarkan penyebab dan jenis botulisme.

  • Botulisme Keracunan Makanan: Kesulitan menelan dan berbicara, mulut kering, otot wajah lemah, gangguan penglihatan, kelopak mata lemas (terkulai), kesulitan bernapas, mual, muntah, kram perut, dan lumpuh.
  • Botulisme Luka: Kesulitan menelan dan berbicara, otot wajah lemah, gangguan penglihatan, kelopak mata lemas (terkulai), kesulitan bernapas, dan lumpuh.
  • Botulisme Bayi: Sembelit, kesulitan mengontrol kepala, gerak tubuh tidak bertonus (tidak ada tegangan otot, seperti boneka kain), menangis lemah, mudah marah, sering mengeluarkan air liur, kelopak mata lemas terkulai, kelelahan, kesulitan untuk menyedot atau makan, dan lumpuh.
  • Botulisme Usus Dewasa: Gejala botulisme jenis ini hampir serupa dengan botulisme pada bayi. Secara umum, kondisi ini menyebabkan pengidapnya mengalami konstipasi, penurunan nafsu makan, hingga kelelahan terus menerus.
  • Botulisme Iatrogenic: Gangguan pada otot mata, kesulitan berbicara, lumpuh pada area wajah, serta lidah menjadi lebih tebal dan sulit digerakkan.
  • Botulisme Inhalasi: Jenis ini menyebabkan pengidapnya mengalami gagal pernapasan.

Penyebab & Faktor Botulisme

Botulisme disebabkan oleh racun dari bakteri Clostridium botulinum. Bakteri ini bisa ditemukan di tanah, debu, sungai, dan dasar laut.
Sebenarnya, bakteri Clostridium botulinum tidak berbahaya bila berada di kondisi lingkungan yang normal. Namun, bakteri tersebut akan melepaskan racun ketika kekurangan oksigen, misalnya jika berada di bawah lumpur dan tanah, di dalam kaleng tertutup, botol, atau tubuh manusia.
Masing-masing jenis botulisme dipicu oleh faktor yang berbeda. Berikut ini adalah penjelasannya:

Foodborne botulism
Botulisme jenis ini terjadi akibat konsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri C. Botulinum, terutama makanan kalengan yang tidak diproses dengan baik. Jenis-jenis makanan yang diketahui dapat mengandung bakteri ini adalah:

  • Sayur atau buah rendah asam yang dikalengkan
  • Ikan kalengan
  • Ikan yang difermentasi, diasapkan, atau diasinkan
  • Daging kalengan
  • Wound botulism
  • Botulisme ini terjadi ketika bakteri C. botulinum masuk ke luka. Kondisi ini banyak terjadi pada orang yang menyalahgunakan NAPZA, terutama jenis suntik.
  • Bakteri pemicu botulisme dapat mengontaminasi zat terlarang, seperti heroin.
  • Ketika NAPZA masuk ke dalam tubuh, bakteri di dalam zat tersebut akan berkembang biak dan menghasilkan racun


Infant botulism
Infant botulism terjadi ketika bayi mengonsumsi makanan yang mengandung spora bakteri C. botulinum (biasanya madu atau sirup jagung) atau akibat terpapar tanah yang terkontaminasi bakteri tersebut.
Spora bakteri yang tertelan oleh bayi akan berkembang biak dan melepaskan racun di saluran pencernaan. Meski demikian, spora bakteri ini tidak berbahaya pada bayi berusia di atas 1 tahun. Hal ini karena tubuhnya sudah membentuk kekebalan dalam melawan bakteri.