Kejang Demam Pada Anak

Ketahui Kejang Demam pada Anak

Gejala ini merupakan gangguan yang umumnya terjadi pada anak. Penyakit ini disebabkan oleh melonjaknya suhu tubuh yang sering kali disebabkan oleh infeksi. Kondisi ini terjadi pada anak-anak dengan perkembangan normal tanpa riwayat gejala neurologis. Untungnya, gangguan ini tidak berbahaya dan biasanya tidak menunjukkan masalah kesehatan yang serius.

Kejang Demam Pada Anak

rhisehat.com 

Gejala atau tanda terjadinya kejang demam tergantung pada jenis kejang demam, jika:

  1. Kejang sederhana: Ini adalah yang paling umum dan biasanya berakhir dalam satu atau dua menit. Namun, kejang juga dapat bertahan selama 15 menit. Gejalanya meliputi kejang-kejang, gemetar, berkedut di seluruh tubuh, demam, mata anak berputar, tidak responsif, mengerang, kehilangan kontrol usus atau kandung kemih, lidah atau mulut berdarah karena tergigit, serta Si Kecil mungkin merasa mengantuk, mudah marah, rewel, atau bingung selama beberapa jam setelah selesai.
  2. Kejang kompleks: Ini jarang terjadi dan dapat bertahan lebih dari 15 menit. Si Kecil mungkin mengalaminya lebih dari sekali dalam sehari. Hanya satu bagian dari tubuh Si Kecil yang dapat bergerak atau bergetar. Setelah itu, lengan atau kakinya mungkin terasa lemah. Kejang demam kompleks merupakan masalah yang lebih besar. Mungkin memerlukan pemeriksaan tambahan atau masuk rumah sakit.

Mitos Seputar Step/Kejang yang Perlu Anda Ketahui
1. Ketika anak mengalami kejang, harus ada yang dimasukan ke dalam mulutnya untuk mencegahnya tersedak
Informasi ini ternyata hanya mitos karena faktanya, jangan pernah memasukkan apa pun ke dalam mulut seseorang yang mengalami kejang. Hal ini bisa semakin menyakiti orang tersebut dan bahkan berisiko tersedak. Penanganan yang benar adalah gulingkan orang tersebut ke satu sisi dan letakkan sesuatu yang lembut di bawah kepalanya supaya tetap aman sampai pengidap sadar.

2. Anak yang sedang kejang harus ditahan badannya
Jangan pernah menahan seseorang saat kejang. Menahan seseorang dapat menyebabkan cedera tulang atau otot. Sebaliknya, pastikan area di sekitarnya bebas dari benda-benda membahayakan dan lindungi kepalanya dengan sesuatu yang lembut.

3. Anak kesakitan saat mengalami kejang
Selama kejang, anak tidak sadar dan tidak akan mengalami rasa sakit apa pun. Namun, beberapa orang mungkin mengalami nyeri otot dan bisa lelah setelah kejang yang berkepanjangan.

4. Anak yang mengalami kejang mengidap sakit jiwa atau cacat intelektual
Penyakit mental dan cacat intelektual adalah semua kondisi yang mempengaruhi otak. Namun, anak yang mengalami kejang atau mengidap epilepsi, bukan berarti ia memiliki disabilitas intelektual atau penyakit mental. Kemampuan seseorang untuk belajar dapat dipengaruhi oleh frekuensi dan kekuatan aktivitas kejang mereka. Faktanya, pengidap epilepsi cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang sama dengan orang yang tidak mengidap epilepsi.

5. Anak yang mengalami kejang pasti mengidap epilepsi
Gejala utama epilepsi adalah kejang terjadi berulang kali. Namun, kejang tidak selalu disebabkan oleh penyakit epilepsi. Kejang dapat terjadi sebagai akibat dari beberapa kondisi medis lain seperti gegar otak, demam tinggi, atau gula darah rendah.

6. Video game atau lampu sorot akan memicu kejang
Melansir dari laman Valley Children’s Healthcare, hanya 3% pengidap epilepsi yang mengalami kejang akibat pemicu visual. Video game dengan lampu berkedip cepat atau pola warna bergantian terkadang dapat memicu kejang, tetapi ini sangat jarang terjadi.

7. Kejang lebih sering dialami anak-anak
Kejang atau epilepsi memang paling sering terjadi pada orang yang sangat muda dan orangtua. Namun, kondisi ini bisa berkembang pada usia berapa pun.

Itulah mitos-mitos seputar step atau kejang pada anak yang perlu diluruskan.

Apa pun yang mengganggu koneksi normal antara sel saraf di otak dapat menyebabkan kejang. Ini termasuk demam tinggi, gula darah tinggi atau rendah, kecanduan alkohol atau obat, atau gegar otak. Selama ini masih banyak mitos seputar step yang beredar di masyarakat. Beberapa diantaranya bahkan berisiko membahayakan pengidap sehingga perlu diluruskan.

Referensi:
https://www.halodoc.com/ – 17 Mei 2021
https://www.halodoc.com/ – 24 Oktober 2019

Semoga Bermanfaat 😊
- Salam Sehat Bersama Reza Herbal Indonesia -