Kenali Gangguan Psikologi yang Dialami Remaja
Gangguan psikologis pada remaja adalah hal yang perlu waspadai. Karena banyak faktor risiko yang dihadapi remaja yang dapat memengaruhi kesehatan mental mereka. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres selama masa remaja seperti keinginan besar untuk lebih mandiri, tekanan saat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan teman sebaya, serta peningkatan akses dan penggunaan teknologi. Di usia ini anak mengalami banyak gejolak emosi. Mulai dari perubahan mood, pengaruh pubertas, serta pergaulan dengan teman. Semua itu bisa menjadi pemicu masalah psikologi remaja.
Penyebab gangguan psikologis pada remaja
Melansir WHO, penyebab yang dapat meningkatkan risiko masalah psikologis pada remaja, meliputi :
– Tekanan untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
– Kesulitan mencari jati diri.
– Persepsi keliru yang diperoleh dari media.
– Tekanan masyarakat.
– Tekanan keluarga.
– Kekerasan seksual dan intimidasi.
– Pengasuhan yang salah.
– Masalah sosial ekonomi.
Jenis-jenis gangguan psikologis
Dilansir dari situs WHO dan Mental Health Literacy, berikut ini beberapa jenis gangguan mental dan masalah psikologis yang sering terjadi pada remaja antara lain :
1. Gangguan emosional
Gangguan emosi umumnya muncul pada masa remaja. Selain depresi atau kecemasan, remaja dengan gangguan emosi bisa mengalami sifat mudah marah, frustasi atau marah secara berlebihan. Selain gejala psikologis, gangguan emosi juga dapat menimbulkan gejala fisik, seperti sakit perut, sakit kepala, atau mual. Gangguan emosional bisa sangat memengaruhi kinerjanya. Jika tidak segera ditangani, remaja yang mengalami gangguan emosi dapat mengalami gejala lebih buruk, seperti mengisolasi diri hingga punya pikiran bunuh diri.
2. Masalah Perilaku
Masalah perilaku pada masa kanak-kanak merupakan penyebab utama kedua gangguan mental pada remaja. Gangguan perilaku pada masa kanak-kanak contohnya ADHD yang ditandai dengan kesulitan fokus dan gangguan perilaku yang ditandai dengan perilaku merusak atau menantang. Masalah perilaku ini juga dapat memengaruhi kinerjanya dalam bersosialisasi dan berisiko menimbulkan perilaku kriminal pada remaja.
3. Gangguan makan
Gangguan psikologis pada remaja juga bisa berupa gangguan makan (eating disorder). Tidak hanya pada usia remaja, kondisi ini juga bisa muncul pada dewasa muda. Gejalanya ditandai dengan perilaku makan yang abnormal, seperti menolak makan (anoreksia nervosa), kecenderungan untuk memuntahkan kembali makanan yang telah dimakannya (bulimia nervosa), atau makan terus menerus (binge-eating disorder). Ini karena di usia remaja, pengaruh teman sebaya serta media sosial begitu kuat.
4. Psikosis
Psikosis adalah kondisi di mana seseorang kehilangan kontak dengan realita. Remaja yang menderita psikosis mungkin mendengar atau melihat hal-hal yang tidak ada.Gejala psikosis paling sering muncul pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Gejala dapat berupa halusinasi atau delusi. Gejala ini dapat mengganggu kemampuan remaja untuk berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari dan memengaruhi kinerjanya. Psikosis juga bisa menimbulkan stigma negatif di masyarakat atau pelanggaran hak asasi manusia. Melansir situs Child Mind Institute, gejala kondisi ini dapat berupa halusinasi atau delusi. Pada kasus tertentu, gejala psikosis dapat berkembang menjadi skizofrenia.
5. Bunuh diri dan menyakiti diri
Mengutip WHO, bunuh diri merupakan penyebab kematian keempat pada remaja usia 15 sampai 19 tahun.
Ada sejumlah faktor risiko yang memicu perilaku bunuh diri pada remaja. seperti, penggunaan alkohol yang berbahaya, pelecehan di masa kanak-kanak dan hambatan dalam mengakses perawatan mental. Selain itu, media sosial kini menjadi penyebab bunuh diri terbesar pada remaja. Pasalnya, media sosial bisa menuntut banyak hal pada anak remaja, seperti citra diri dan kehidupan yang cenderung konsumtif.
6. Perilaku berbahaya dan berisiko tinggi
Berani berbuat hal-hal yang berbahaya dan berisiko tinggi merupakan masalah psikologis pada remaja yang dapat memengaruhi kesehatan mereka. Para remaja rentan mengambil banyak risiko, seperti risiko melakukan hubungan seksual dini, merokok, minum alkohol, hingga penyalahgunaan narkoba. Tindakan kekerasan adalah perilaku pengambilan risiko yang dapat memengaruhi pencapaian pendidikan, cedera, keterlibatan dengan kejahatan, hingga kematian.
Biasanya, tindakan ini dianggap sebagai pelarian remaja atas masalah emosional yang mereka alami. Namun, pada kenyataannya, hal ini malah justru merusak mental dan kesehatan remaja. Bukan hanya itu, dampak lain yang bisa terjadi seperti prestasi akademik yang buruk, cedera, perkelahian, terlibat kejahatan, bahkan kematian.
7. Mood Disorders
Mood Disorders disebut juga gangguan afektif atau gangguan kejiwaan yang memengaruhi perasaan seseorang. Perpindahan emosional yang ekstrem dari semula bahagia berubah mendadak menjadi sedih juga termasuk dalam gangguan ini, atau yang lebih dikenal dengan Bipolar Disorders.
ciri-ciri gangguan mental pada remaja
Mendeteksi ciri-ciri gangguan mental pada remaja tidaklah mudah. Banyaknya hal baru yang ditemui dan dipelajari dapat memicu anak di usia pubertas mengalami perubahan perilaku atau suasana hati. Kendati demikian, perubahan tersebut tidak bisa lagi dianggap normal jika sudah mengganggu kehidupan sehari-hari dan tidak sesuai dengan usianya. Namun, secara garis besar, anak remaja dengan gangguan mental akan menunjukkan tanda-tanda berikut ini:
– Tidak bisa mengontrol emosi
– Perubahan perilaku yang tidak wajar
– Sulit berkonsentrasi
– Gangguan tidur dan makan
– Melakukan kebiasaan buruk
– Mengeluh sakit fisik
Upaya-upaya yang bisa dilakukan seperti
- Memerhatikan perkembangan sosial dan emosional anak sesuai usianya.
Peka terhadap perubahan mood anak - Mendeteksi dini masalah psikologis yang mungkin anak alami.
- Memerhatikan interaksi anak di sekolah ataupun di lingkungan sekitar rumah.
- Mempersiapkan fasilitas perawatan sejak dini, seperti terapi dengan psikolog anak.
- Menyediakan makanan dengan gizi seimbang untuk mendukung perkembangan otak anak.